PSA Damai Indonesia: Behind The Scene

Menggusung satu tema different in harmony untuk menjadi sebuah iklan layanan masyarakat ( Public Service Announcement / PSA ) ternyata menyita waktu yang sangat lama, lebih dari 2 bulan. Diawali dengan pengembangan ide untuk  merumuskan what to say – nya. Apa sih yang ingin disampaikan dari sebuah banner different in harmony ? Menyadari keberagaman dalam kehidupan berbangsa, maka perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Tetapi perbedaan itu mesti harus diselaraskan. Kalau sudah paham posisinya, maka perbedaan menjadi sah adanya. Nggak perlu ditakut-takuti lagi. Mau beda, beda aja.

Dari ide besar itu, langkah selanjutnya adalah mengemas bagaimana konsep tadi bisa disampaikan kepada pemirsa dengan lebih komunikatif dan pesannya langsung nendang. How to say ? Maka lahirlah tokoh-tokoh imaginer yang akan membawa jalinan alur cerita berikut konflik yang menggiring tokoh menemukan keharmonisan di tengah perbedaan mereka.

Storyline: Kisah Sebuah Jembatan

Cerita yang kami bangun berkisah anak-anak yang bermain dan berdialog tentang jembatan. Mereka mengklaim kalau ternyata yang pertama kali menemukan jembatan adalah bangsa Indonesia. Boleh bangga dong kita. Buktinya apa ? Klaim itu kita dukung dengan kisah si cerdik kancil yang menyuruh buaya berbaris untuk dihitung, padahal itu Cuma akal-akalan si kancil untuk menjadikannya jembatan. Indonesia banget 🙂 Tapi saking Indonesianya jembatan itu banyak yang tak terawat 😦 Obrolan anak-anak itu akhirnya melahirkan gagasan membuat jembatan. Surprisenya, pada saat kita eksekusi ide ini, salah satu produk rokok terbesar di tanah air lebih dulu mengeluarkan PSA nya juga tentang jembatan yang dikaitkan dengan pendidikan. Ouch ! Itulah dunia kreatif, pendekatan boleh sama tapi orisinalitas ide tak bakal kembar.

Setting: Keindahan Tersembunyi

Mengikuti storyboard yang telah dibuat, survey pada awalnya diarahkan ke sekitar Puncak untuk mendapatkan feel pedesaan yang banyak dilintasi sungai, mengingat cerita yang akan dibuat membutuhkan setting sungai yang bisa dilintasi tanpa jembatan. Menjelajah hingga berbalik ke arah Depok, toh belum juga didapat atmosfer yang diinginkan. Maka alternatif lokasi terus dicari hingga akhirnya menemukan rumah pelukis legendaris Djoko Pekik yang memliki areal hampir 4 hektar dan didesign mirip sebuah studio alam. Yang unik areal ini diapit oleh 2 sungai dan salah satunya memiliki bantaran sungai yang eksotis dengan bebatuan kapur dikedua sisinya. Sebuah pohon gayam kokoh menancap pada bebatuan itu, berseberangan dengan hamparan sawah yang menguning.

Casting: Antusiasme Luar Biasa

Menemukan talent yang berkarakter sesuai storyboard yang dibuat memang tidak mudah. Mengingat pencarian dilakukan di Jogya yang notabene kurang kita kenal, maka strateginya adalah mengadakan casting dengan menyebar di 3 lokasi, di taman budaya, sebuah café dan di lobby hotel tempat kami menginap untuk mengakomodasi peserta susulan. Itu pun masih sempat-sempatnya juga kami mengadakan audisi dadakan di lokasi syuting sekedar menjaring talent lokal. Ini dilakukan dengan harapan mendapatkan peluang lebih besar dalam pencarian talent yang berkarakter. Maka yang tak bisa diabaikan adalah peserta audisi harus memiliki kualifikasi ikut teater sekolah. Antusiasme warga Jogja memang luar biasa. Diluar perkiraan kami, yang ikut audisi diantaranya pernah membintangi iklan komersial. Pertanyaan yang muncul pertama kali dari peserta ini adalah berapa sih fee talent yang didapat ?  Sah-sah saja tapi beda dengan saat Pak Pekik kami daulat untuk ikut in frame sebagai sesepuh dalam cerita. Tak ada pembicaraan soal angka rupiah. Secara nama Joko Pekik sangat menjual mengingat posisinya sebagai seorang pelukis yang tenar. Yang muncul justru pertanyaan apakah saya pantas ?

Joko Pekik: Pelukis 1 Milyar

Joko Pekik lantas bertutur bahwa pernah ditawari untuk menjadi bintang iklan sebuah produk rokok, tetapi beliau menolak dengan kesadaran yang manusiawi bahwa nanti sosoknya ditempelkan di sembarang dinding lalu ada yang iseng dengan gambarnya. Terlepas dari itu yang jelas merupakan satu kehormatan saat beliau terdaulat dan berkenan mendukung sebagai talent dalam pembuatan PSA ini. Disela rutinitasnya bersepeda selama 2 jam setiap hari, diteruskan mendampingi sang istri ke pasar sambil sekedar ngobrol dengan kolega di pasar dan rutinitas wajib melukis, Joko Pekik merelakan waktunya kita rebut untuk berakting di depan kamera.

Rutinutas yang tak beda jauh dengan keseharian kita saat libur. Tapi siapa sangka goresan dari  gemulai tangannya yang menari diatas kanvas bisa menciptakan lukisan bergambar celeng seharga 1 milyar. Angka fantastik untuk harga sebuah lukisan. Tetap saja seorang Joko Pekik hadir dengan kesahajaannya. Tak ada kesan jemawa hingga begitu mudah buat kami duduk bareng, bercanda dan bahkan makan nasi kotak bersama. Yang tak akan kami lewatkan adalah kesempatan berfoto dengannya. Moment yang tak mudah untuk didapat oleh siapa pun. Jadi di setiap break selalu ada saja yang minta foto bareng dengan Joko Pekik, mulai talent, make up artist dan bahkan semua crew. Agak katrok juga sih 😦

Different In Harmony: It’s Indonesia

Hidup dalam kebhinekaan namun tetap harmonis, sejatinya inilah yang membuat kita bangga menjadi orang Indonesia. Sebuah perenungan yang sekaligus menjadi roh Iklan layanan Masyarakat versi Damai SCTV. PSA ini dibuat dalam 4 versi bersambung dengan durasi tiap versi 60 detik. Hadirnya di tengah-tengah pemirsa setia SCTV semoga turut membangun nilai positif dalam kehidupan berbangsa. Insya Allah …

5 Comments

  1. fay :)

    Iklan ini dibuat thn brpa?

    • Thx Fay for apriciated this note.
      PSA ini saya buat tahun 2004 berdurasi 30″ dalam 4 versi yang bersambung. Dokumentasi file masih tersimpan rapi jika dibutuhkan.

      Best Regard.

  2. fay

    pengen liat deh, kayaknya keren 🙂
    bolh mnta email om ga ?
    makasih 🙂

  3. Ayo Fay … banayk contoh selain PSA yang bisa saya share … beberapa diantaranya mendapat penghargaan Citra Pariwara. Kontak saya di karianto@sctv.co.id

    Salam

    • fay :)

      Makasih sblmnya om 🙂
      E mail udh dkirim 😉

Leave a comment